Penulis : Shofi Afiya Syahbani dan Total Qinimain Zain
Halo semua! Kali ini, Divisi Entomologi Himbio Unpad akan membahas mengenai Ethno-Entomology in Life. Ethno-Entomology in Life itu apa sih? Yuk, kita kenalan lebih jauh!
Pada tanggal 20 Mei 2022, Divisi Entomologi mengadakan webinar yang membahas seputar serangga bernama Entomology Talkshow 3.0. Tema yang dibawakan adalah Ethno-Entomology in Life di mana “Ethno” atau “etno” merupakan studi tentang masyarakat atau budaya, “Entomology” atau “entomologi” yaitu ilmu tentang serangga, dan “Life” berarti kehidupan. Jadi, etnoentomologi merupakan ilmu tentang hubungan antara manusia dan serangga dengan lingkungannya.
Webinar ini mengundang beberapa narasumber. Narasumber yang membahas mengenai bidang etnobiologi adalah Prof. Johan Iskandar, M.Sc. sebagai salah satu dosen Etnobiologi dari FMIPA Unpad. Narasumber kedua yang membahas mengenai bidang entomologi adalah salah satu dosen proteksi tanaman dari IPB, yaitu Nadzirum Mubin, SP., M.Si. Narasumber ketiga yang membahas mengenai bidang pertanian adalah Dr. Agus Susanto, S.P., M.Si.
Tiba di bahasan pertama, yaitu etnobiologi. Etnobiologi merupakan ilmu yang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat dalam bidang biologi atau makhluk hidup. Etno juga memiliki pengembangan bahasan yang lebih luas, seperti etnoentomologi. Berdasarkan kepercayaan masyarakat, contoh dari etnoentomologi adalah gigitan capung di pusar/udel anak dapat menyembuhkan anak yang sering mengompol. Pada dasarnya, masyarakat pedesaan memiliki pengetahuan lokal atau pengetahuan ekologi tradisional dengan dibalut kepercayaan. Kajian pengetahuan lokal seperti etnoentomologi berperan penting untuk pengembangan ilmiah dan hasil praktisnya dapat digunakan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, seperti pembangunan pertanian dan kesehatan.
Selanjutnya, kita akan membahas bidang entomologi. Entomologi merupakan cabang dari ilmu Zoologi yang berfokus pada serangga (Insekta). Ilmu entomologi ini tidak hanya berfokus pada serangga itu sendiri, tetapi juga mempelajari hubungan serangga dengan lingkungannya serta interaksi saling timbal balik antara serangga, lingkungan, dan manusia. Di Indonesia sendiri, terdapat sebanyak lebih dari 250 ribu spesies serangga. Mungkin saja jumlah ini sebenarnya lebih banyak dikarenakan banyak jenis-jenis serangga yang belum diketahui dan ilmuwan-ilmuwan baik di dalam maupun luar Indonesia yang meneliti serangga Indonesia menemukan spesies-spesies baru.
Ilmu entomologi secara tidak langsung telah diterapkan oleh orang-orang Indonesia sejak dahulu kala. Contohnya saja, pemanfaatan ulat sutera, penggunaan serangga untuk indikator musim dan cuaca, dan lain-lain. Serangga-serangga di Indonesia juga memiliki hubungan yang unik dengan masyarakat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Contohnya saja, masyarakat di Papua telah lama melakukan peternakan kupu-kupu dikarenakan permintaan untuk kupu-kupu hias dari Papua tinggi. Meski begitu, orang-orang Papua tetap mengikuti hukum adat mereka yang mana membatasi jumlah kupu-kupu yang bisa ditangkap dan berapa yang harus dilepaskan dari penangkaran agar populasi liar tetap lestari dan tidak punah.
Di sisi lain, serangga seringkali dikaitkan dengan hama yang merusak tanaman pertanian seperti walang sangit, wereng, dan lain-lain. Apabila dilihat sekilas, serangga-serangga ini tentunya secara ekonomi merugikan. Meski begitu, sebaiknya serangga meski hama sekalipun tidak dibasmi hingga habis atau dibuat punah. Ini dikarenakan pentingnya menjaga harmoni dan keseimbangan di alam serta tidak mengganggu rantai makanan yang ada. Agar hal ini tidak terjadi dan menghindari kerusakan alam, salah satunya adalah dengan mengedukasi masyarakat awam mengenai serangga dan mengintegrasikan pendekatan budaya berdasarkan pemahaman etnoentomologi sehingga pendekatan terhadap masyarakat lebih berhasil dan masyarakat dapat memahami pentingnya serangga dari sisi budaya, ekonomi, hingga keilmuan.