Skip to content

Herpetofauna Arboretum Universitas Padjadjaran 2022

Penulis: Siti Rodiyah, M. Pradipto Wahyu J., Divisi Herpetologi Himbio Universitas Padjadjaran

Pandemi telah mengubah seluruh sektor kehidupan termasuk kegiatan manusia dalam segi riset dan penelitian. Adanya pandemik menyebabkan kegiatan pengamatan di lingkungan kampus harus terhenti sementara. Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan data per tahun. Selama dua tahun sejak tahun 2020 pengamatan dalam bentuk observasi lapangan di lingkungan kampus Universitas Padjadjaran terhenti sementara. Dan pada tahun 2022 ini kembali dilakukan kegiatan Observasi Lapangan yang diselenggarakan oleh Departemen Riset dan Keilmuan Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Padjadjaran. Divisi herpetologi kembali melakukan observasi di lingkungan kampus tepatnya di wilayah Arboretum Unpad untuk melihat dinamika perubahan komunitas herpetofauna yang sempat terhenti. Dengan fokus penelitian terkait distribusi dan keanekaragaman jenis herpetofauna.

Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari waktu bersih yang diselenggarakan pada rentang tanggal 20-23 juli 2022. Kegiatan diawali dengan persiapan ke lapangan yang dilakukan pada beberapa bulan sebelumnya melalui kegiatan PARTY (Preparation for OWA Activity). Kegiatan inti dimulai dengan orientasi medan, persiapan alat dan bahan, serta pemasangan transek pada titik-titik pengamatan yang dipilih berdasar tata guna lahan yang berbeda. Pemilihan titik pengamatan dilakukan dengan teknik purposive sampling berdasarkan titik yang dapat mewakili habitat herpetofauna. Pengamatan dilakukan pada dua waktu yaitu pagi dan malam selama 3 hari berturut-turut. 

Pada lokasi pengamatan pertama, terdapat perbedaan jenis tempat di titik pengamatan. Dimana pengamatan tidak dilakukan di satu jenis tempat saja akan tetapi meliputi Kawasan perairan atau danau (Cekdam), taman pinus, dan aliran air. Pada lokasi ini, spesies yang banyak ditemukan adalah dari kelas amfibi. Hal tersebut disebabkan karena adanya penyesuaian dengan kemampuan hidup dari amfibi yang hidup di dua alam. Ketersediaan air membantu amfibi dalam proses perkembangbiakannya. Selain itu sebagai hewan yang sensitif terhadap panas, amfibi akan cenderung hidup di daerah yang lembab atau basah. Dan dari lokasi pertama ini, spesies dengan jumlah individu yang paling banyak adalah katak kongkang kolam (Chalcorana chalconota).

Lokasi kedua pengamatan dipilih tempat yang banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon tinggi atau yang biasa disebut sebagai Kawasan arboreal. Di Kawasan ini akan terjadi penutupan lahan yang menyebabkan tanah akan tertutup serasah sehingga perjumpaan dengan herpetofauna menjadi lebih sulit karena umumnya dihuni oleh spesies yang berwarna gelap dan mirip serasah. Dan ini dibutuhkan ketelitian pengamat ketika di lapangan untuk mencegah terjadinya kesalahan pengamatan. Di lokasi ini banyak terdapat spesies kodok batu (Limnonectes macrodon) karena sesuai dengan tempat hidupnya yaitu pada daerah aliran air yang berada di hutan. Selain itu didapatkan spesies endemik Jawa yaitu katakan percil Jawa (Microhyla achatina). 

Sedangkan pada lokasi ketiga pengamatan spesies yang didapatkan didominasi oleh reptil. Dengan jumlah spesies terbanyak adalah Takydromus sexlineatus. Jenis tempat pada lokasi ini merupakan padang rumput dengan daerah terbuka. Hal ini sesuai dengan salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh kelompok hewan reptil yaitu senang berjemur di bawah matahari untuk mendapatkan panas dari matahari. 

Berdasarkan data yang dihimpun pada pengamatan yang dilakukan beberapa tahun sebelum pandemi, terdapat beberapa spesies yang tidak ditemukan pada pengamatan yang dilakukan tahun ini. Hal ini dapat disebabkan karena pengamatan pada tahun 2022 ini hanya dilakukan pada satu musim saja yaitu musim kemarau. Dan spesies yang tidak didapatkan diantaranya adalah Bungarus candidus, Ptyas korros, Calotes versicolor, Draco volans, Gecko gecko, Xenochrophis piscator, Xenochrophis triangularis, Naja sputatrix, Calliophis intestinalis, Limnonectes kuhlii, dan Kaloula baleata. 

Pengamatan terhadap herpetofauna di lingkungan kampus diharapkan untuk terus dilakukan sebagai pembaruan data yang dapat digunakan sebagai media pendidikan dan informasi untuk terus menguak keanekaragaman di wilayah kampus. Tidak hanya itu, dengan kegiatan pengamatan herpetofauna diharapkan mampu meningkatkan keinginan masyarakat luas untuk menjadi penggiat herpetofauna yang terbuka terkait konservasi herpetofauna. Karena pasalnya, begitu banyak spesies-spesies herpetofauna yang masih belum terungkap karena anggapan bahwa herpetofauna merupakan hewan yang menjijikan dan berbahaya. Namun kita harus ingat bahwa : 

“Setiap makhluk hidup memiliki kedudukan dan fungsi yang sama di alam. Adapun serangan yang dilakukan oleh beberapa hewan adalah upaya untuk perlindungan dari tangan-tangan jahil yang mengganggu keberadannya.”

Referensi 

Ratna, A. A. G., & Wijaya, E. A. P. W. 2013. Survei Awal Keanekaragaman Ordo Anura di Desa Ketenger, Batu Raden, Jawa Tengah. Indonesian Journal of Conservation, 2(1), 84-90.

Dewi, N. L. P. G. P., Yuni, L. P. E. K., & Suaskara, I. B. M. 2020. Daily activity of the common sun skink Eutropis multifasciata at a plantation habitat in low altitude at Peguyangan Village, Denpasar – Bali. Jurnal Biologi Udayana, 24(2), 107.

Eprilurahman, R., Himly, M. F., & Qurniawan, T. F. 2009. Studi Keanekaragaman Reptil dan Amfibi di Kawasan Ekowisata Linggo Asri, Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Berkala Penelitian Hayati. vol 15(1): 93– 97.

Setyaningrum, S. A., Yudha, D. S., Eprilurahman, R., & Sukma, A. M. 2019. Keanekaragaman Jenis Katak dan Kodok (Amphibia: Anura) di Sungai Gadjah Wong, Daerah Istimewa Yogyakarta. Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 2(2), 53–61. https://doi.org/10.24002/biota.v2i2.1657