Penulis: Divisi Ornitologi DP XLIII Himbio Unpad Kabinet Aorta
Materi pertama yang disampaikan oleh bapak Dr. Teguh Husodo, M.Si. yang membawa topik mengenai “Pelestarian Keanekaragaman Hayati & Peran Serta Masyarakat Serta Pemangku Kepentingan Lainnya” menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi namun belum dapat memanfaatkannya secara optimal. Pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia baru hanya mencapai 10% dari keseluruhan keanekaragaman hayati yang ada. Permasalahannya yaitu konservasi yang belum dimanfaatkan dengan baik dan hanya berada dalam ruang lingkup tertentu saja. Masalah konservasi dapat berupa Kawasan lindung yang masih rendah, yang berdampak pada proteksi kehati yang masih rendah. Kondisi keanekaragaman hayati tidak menunjukan pertambahan bahkan justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kepunahan terjadi akibat kerusakan habitat secara alami dan factor antropogenik. Salah satu dampak yang sangat signifikan bahwa faktor antropogenik memiliki peran besar penyebab hilangnya keanekaragamn hayati akibat deforestasi. Kawasan lindung sangat penting bagi keberlangsungan keanekaragaman hayati.
Upaya mengatasi ancaman keanekaragaman hayati memerlukan peran dari berbagai pihak mulai dari swasta, masyarakat, komunitas, hingga pemerintah. Pemerintah yang berperan sebagai regulator yang memberikan regulasi terkait hal tersebut. Salah satu contoh kasus terkait masalah konservasi yaitu jumlah burung jalak bali di alam lebih sedikit daripada burung jalak bali yang ada di penangkaran. Upaya konservasi tidak lagi dilakukan pada kawasan tertentu saja melainkan sudah lebiih menyebar ke berbagai komponen. Jika keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan dan dilestarikan dengan baik oleh masyarakat, maka kegiatan eksploitasi akan semakin berkurang. Perilaku konservasi juga perlu diubah dari yang mulanya kosenter menjadi benefit.
Salah satu study kasus terkait keanekaragaman hayati khususnya burung yang berada di daerah Rancabayawak dimana daerah ini dulu bukan satu-satunya kampung tempat tinggal burung blekok. Burung blekok hidup dengan tidak harmonis dengan masyarakat sekitar. Di Majalaya terdapat hutan bambu yang digerus habis untuk pembangunan pemukiman yang pada akhirnya semua terkonsentrasi di kampung Rancabayawak. Perlindungan burung dapat dikatakan cukup sulit mengingat burung memerlukan tempat yang pas baginya untuk hidup. “Kepunahan burung atau satwa, banyak dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Akan tetapi, manusia dapat mengambil langkah dalam permasalahan tersebut. Kesuksesan konservasi jangka panjang dapat terjadi jika semua pihak seperti masyarakat, pemerintah, dan swasta ikut terlibat” ujar bapak Dr. Teguh Husodo, M.Si. sebagai penutup pada pematerian pertama.
Pematerian kedua disampaikan oleh bapak Marison Guciano sebagai Direktur Eksekutif Flight Protecting Indonesia’s Bird dengan topik “Perdagangan Ilegal Burung Penyanyi di Indonesia”. Beliau menjelaskan bahwa keberadaan burung penyanyi di alam memiliki peran yang sangat vital. Namun, keberadaan burung penyanyi pada saat ini semakin terancam keberadaannya dikarenakan maraknya penangkapan liar yang berawal dari tradisi masyarakat Jawa kemudian menyebar hingga Sumatera. Tercatat ada ratusan pasar burung illegal yang ada di pulau jawa sehingga isu burung masih menjadi isu kelas 2 dalam perdagangan illegal satwa liar. Masyarakat lebih memaklumi perdagangan burung daripada penyelundupan orang utan dan satwa liar dilindungi.
Penyelundupan dari riau dan jambi sulit dihentikan di sumatera barat karena adanya toleransi yang tinggi antara pedagang dan penyelundup, terlebih sebagian besar burung merupakan burung yang berstatus tidak dilindungi sehingga sangat sulit untuk dicegah. Toleransi terhadap penyelundupan yang terjadi karena menguntungkan para penyelundup serta besarnya permintaan pasar terutama di pulau jawa. Penyelundupan burung juga akan mengakibatkan burung mati ketika di perjalanan karena buruknya penanganan dan lamanya perjalanan selama proses penyelundupan. Salah satu upaya dalam memberantas penyelundupan burung adalah dengan menggunakan Undang Undang mengenai karantina. Burung yang disita dari hasil penyelundupan juga harus direkondisi sehingga bisa dilepasliarkan kembali ke alam, kemudian dilakukan proses monitoring agar diketahui keberadaannya di alam. Hampir sebagian besar burung penyanyi dipasok ke pulau jawa, diselundupkan melalui pelabuhan surabaya, terlebih di pulau jawa terdapat pasar burung yang statusnya ilegal.
Pematerian terakhir disampaikan oleh Kang Arif Rudiyanto sebagai Direktur Yayasan Kanopi Indonesia yang membawakan materi dengan topik “Ancaman Kelestarian dan Strategi Konservasi Burung Beserta Habitatnya”. Dalam pemateriannya belau menjelaskan mengenai beberapa kasus burung yang mati diakibatkan oleh pancing atau racun yang bersumber dari plastik. Climate change yang sudah mencapai hingga dataran tinggi dapat memberikan dampak dan batasan pada burung yang hidup di dataran tinggi. Selain itu, terdapat overexploitation karena banyaknya perdagangan burung ilegal. Kemudian ada land and water use change atau perubahan lahan yang juga berdampak terhadap penurunan habitat bagi burung.
Bururng merupakan hewan yang dapat mendatangkan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu manfaat dari keberadaan burung adalah dapat meningkatkan value sebuah hunian karena hunian tersebut memiliki kondisi air yang bagus, udara yang bersih, serta susana yang asri dimana hal itu semua merupakan kondisi yang cocok sebagai habitat burung.
Proses pelestarian burung tidak dapat langsung diaplikasikan kepada masyarakat, tetapi perlu pendekatan untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi di masyarakat. Kemudian dapat dilakukan penyuluhan pengetahuan mengenai pelestarian kepada masyarakat. Peran penting masyarakat seperti; adopsi sarang yang dimulai dari peraturan yang ada, kemudian dijadikan sebagai program konservasi. Kegiatan konservasi juga didukung oleh rencana desa setempat. Penyadartahuan terkait kesadaran mengenai keanekaragaman burung perlu dilakukan demi menyelesaikan sejumlah permasalahan mengenai konservasi. Salah satu permasalahan dari konservasi yaitu terkait sarang yang digunakan untuk proses adopsi sangat sedikit jika dibandingkan dengan adopter yang mendatar.